Posted in Parenting, thoughts

TUM: Think The Important Things

The Urban Mama Writing Contest

Di akhir tahun 2009, saya membuat akun twitter, dan dari sana-lah saya mengetahui-mengenal The Urban Mama(TUM). Yang dilanjutkan menjadi member-nya di awal tahun 2010. Very excited, dengan bergabung di TUM dan sering mengunjungi website-nya, I learn a lot about everything. Saat itu saya yang baru memiliki anak 3 berasa seperti seseorang yang baru memulai belajar menjadi seorang ibu kembali. Seperti, feel what the other Mama’s feel. I think the important things about all of this are supporting each other, remaining without judge the mother.

As TUM tag lines there is always a different story in every parenting style, membuat saya berpikir jika setiap keluarga berbeda dalam hal mengasuh ataupun mendidik anak-anak mereka. Namun, bagi saya perbedaan ini tidak membuat kita menjadi berbeda, malah saya merasa dengan berbagai macam parenting style yang ada kita dapat belajar banyak untuk dapat mengombinasikan dengan segala kondisi dan situasi yang ada.

Saya senang dengan topic-topik yang ada di TUM, terutama our stories. Seperti tentang ibu yang bekerja, mengadopsi anak, perjuangan untuk menyusui sang anak, dsb, saya seperti ikut merasakan apa yang mereka rasakan*meski saya adalah silent member karena jarang sekali meninggalkan comment 😀 * Jika ada salah satu kisah yang hampir mirip dengan kejadian yang pernah saya alami, saya seperti merasakan, ternyata saya tidak sendirian! Kalaupun kisah tersebut tidak saya alami, saya jadi mengetahui apa yang kelak akan saya lakukan ketika menghadapi peristiwa tersebut atau bersikap pada seseorang yang sedang mengalami situasi dan kondisi yang demikian.

Seperti contoh tentang ASI Ekslusif, dulu saya berkeyakinan kalau setiap ibu melahirkan pasti bisa menyusui anaknya, kalau dia ga’ bisa atau gagal atau menyerahkan pada susu formula, pasti dia kurang berusaha. How dare me!! Tega banget yaaa gw..sampai pada saat adik saya tersayang mengalami kesulitan dalam memberikan ASI Ekslusif pada anak pertamanya yang sangat dinantikan selama 2tahun pernikahannya. Saya berusaha untuk membantunya, dengan segala pengalaman yang saya punya. Namun, sang bayi tak kunjung bisa menyusui dari salah satu puting sang bunda, disertai dengan kesakitan yang luar biasa yang mengakibatkan pasokan ASI sedikit berkurang. Saya menawarkan untuk memberikan ASI yang saya punya, tetapi karena alasan yang syar’I hal tersebut tidak terealisasi. Hingga akhirnya untuk mencukupi kebutuhan/keinginan sang bayi yang banyak minumnya, dia pun memutuskan untuk menambahkannya dengan susu formula.

Saya sedih saat itu, saya tahu betapa besar keinginan dan usahanya untuk dapat memberikan ASI eksklusif untuk buah hati yang dinantikan, saya tidak meragukan itu. Tetapi situasi dan kondisi yang membuatnya harus memilih. Berat, pasti. Berinteraksi dengan TUM, membuat saya ‘mengenal’ dengan bunda-bunda yang mungkin mengalami hal yang sama dengan adik saya. Hingga pada akhirnya saya dapat mengubah cara pandang saya tentang ASI eksklusif dan para bunda yang mungkin belum diizinkan untuk memberikannya secara eksklusif selama 6 bulan.

In my humble opinion, setiap ibu pasti selalu akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, dan tentu dengan cara terbaik menurut mereka. Apapun keputusan yang diambil adalah yang terbaik, yang telah melalui pemikiran yang matang. Just thing the important things.

TUM juga perlahan membangun kePDan saya tentang melahirkan. Dulu, kalau ada yang tanya melalui apa saya melahirkan 3 anak saya, saya akan menjawab ‘kecut’ dan sedikit menunduk untuk menghindari tatapan tajam mereka ketika saya jawab ‘operasi semuanya’, atau siap-siap telinga merah dengan tanggapan mereka ‘ooo enak yaa operasi, ga’ ngerasain sakit..’ atau ‘operasi, ga’ ada perjuangannya..’ heeeee bikin BT n ciuuuuttt banget, ga’ mikir kali yaaa mereka kalau operasi itu resikonya lebih berbahaya banget *lho koq jadi curcol 😀 * tapi yasud-lah.

Kalau sekarang saya ditanya melalui apa saya melahirkan 3 anak saya, saya akan menjawab mantap dan menatap mata sang penanya dengan senyum ketika saya jawab ‘operasi semuanya’, sambil menyiapkan jawaban atas tanggapan mereka yang ga’ akan bikin telinga saya merah lagi dan mungkin telinga mereka yang akan merah ‘operasi kan jalan keluar bayi dari rahim menuju dunia lho, saya tetap yang mengandungnya selama 38minggu dan membawanya kemanapun ..’ 😀 yang terpenting adalah sang bayi selamat dan sehat lahir ke dunia. Meski memang pada akhirnya saya ga’akan pernah ngerasain lahir secara normal, cuma saya yakin Alloh Maha Tahu Yang Terbaik buat makhlukNya.

Thank a lot for TUM, happy 1st bday to you, semoga makin banyak ibu-ibu yang tercerahkan dan membuat Indonesia lebih baik.

Author:

I'm a daughter, sister, wife, n mom of 4 kids

Leave a comment